Perang Boshin
Perang Boshin adalah perang saudara di Jepang dari tahun 1868 hingga 1869 antara Keshogunan Tokugawa dan faksi yang ingin mengembalikan kekuasaan politik ke tangan kekaisaran.
Perang ini berawal dari rasa tidak puas kalangan bangsawan dan samurai muda usia atas lunaknya kebijakan keshogunan terhadap orang asing.
Korban Perang Boshin
Sekitar 12.000 orang terlibat dalam perang, dan 3.500 di antaranya tewas. Faksi kekaisaran yang menang memutuskan untuk tidak mengusir orang asing dari Jepang, melainkan mengadopsi kebijakan modernisasi dengan tujuan akhir negosiasi ulang “Perjanjian Tidak Adil” dengan pihak Barat.
Berkat kegigihan Saigō Takamori yang memimpin faksi kekaisaran, pendukung Tokugawa diberi grasi, dan sejumlah mantan pemimpin keshogunan diberi jabatan baru dalam pemerintahan baru.
Secara Singkat
Perang Boshin telah digambarkan sebagai konflik antara kaum borjuis dan sebuah shogun mutlak, karena konflik antara dua kekuatan mutlak (shogun dan kekuatan yang kemudian akan membentuk pemerintahan Meiji), atau sebagai sebuah perjuangan antara absolutisme dan kekuatan yang berusaha untuk berbagi kekuasaan antara kaisar, shōgun dan daimyo.
Dramatisasi Perang Boshin
Dramatisasi Pertempuran Hakodate dalam lukisan sekitar tahun 1880. Serangan kavaleri dengan kapal layar sedang tenggelam di latar belakang. Pemimpin pemberontak mengenakan pakaian samurai.
Restorasi Meiji sering disebut-sebut sebagai “revolusi tidak berdarah” yang mengawali modernisasi Jepang. Walaupun demikian, sekitar 120.000 prajurit terlibat dalam Perang Boshin, dan 3.500 prajurit tewas.
Perang ini dikemudian hari cenderung didramatisasi, pihak keshogunan berperang dengan senjata tradisional melawan pihak kekaisaran yang bersenjata modern. Walaupun senjata tradisional dan senjata modern digunakan secara bersama-sama, kedua belah pihak sebenarnya menggunakan teknik berperang dan senjata termodern pada zamannya, termasuk kapal perang berlambung besi, senapan Gatling, dan teknik berperang yang diajarkan penasihat militer dari Barat.
Di antara dramatisasi Perang Boshin terdapat novel 4 jilid karya Jirō Asada, Mibu Gishi-den. Sutradara Yojiro Takita mengangkat karya Asada menjadi sebuah film berjudul When the Last Sword Is Drawn. Novel yang sama diangkat menjadi jidaigeki yang dibintangi Ken Watanabe. Pada tahun 2001 kembali dibuat jidaigeki mengenai pemberontakan di Hokkaido dengan judul Goryokaku. Sebagian dari serial anime Bakumatsu Kikansetsu Irohanihoheto mendramatisasi Perang Boshin, sementara cerita Rurouni Kenshin terjadi 10 tahun sesudah Perang Boshin. Film Hollywood The Last Samurai yang diproduksi tahun 2003 menggambarkan Perang Boshin dan Pemberontakan Satsuma.
Bacaan Lainnya
- Ibukota-Ibukota Jepang Memiliki Nama Terjemahan Sederhana
- Pendudukan Jepang di Indonesia 1942-1945 | Sejarah di Jalan Menuju Kemerdekaan
- Quiz gunung tertinggi di Jepang? | Fuji san | Bagi yang tahu adalah titik tertinggi di Jepang, pada 3.776 m di atas permukaan laut
- Pulau Kucing di Jepang. Kenapa banyak kucing?
- Cara Mengenal Kepribadian Anda Yang Sebenarnya Dengan Tes Psikologi Enneagram
- 10 Ciri Orang Yang Berbohong & Anda Akan Tahu Bahwa Seseorang Berbohong Saat Anda Melihat Ini…
- 10 Pembunuh Berantai Tersadis di Dunia (Serial Killer)
- 10 Senjata Yang Paling Mematikan di Dunia – Senjata Pemusnah Massal Paling Berbahaya
Sumber bacaan: USBM Medan, About Education, ThoughtCo, Japan Reference
Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya | Business & Marketing