Lee Miller: Model Tangguh yang Melawan Norma dan Menjadi Fotografer Perang Wanita Pertama
Elizabeth Lee Miller (1907–1977) dulunya adalah model, tapi kemudian dikenal sebagai koresponden perang terkenal untuk majalah Vogue selama Perang Dunia II. Miller dikenal karena keberaniannya di garis depan, mengabadikan gambar-gambar mengerikan dari perang.
Pada tahun 2023, hidupnya diangkat dalam film Lee yang dibintangi oleh Kate Winslet dan disutradarai oleh Ellen Kuras. Film ini pertama kali tayang di Toronto International Film Festival dan dirilis secara internasional setahun kemudian.
Miller pada tahun 1943 bersama rekan-rekan koresponden perang wanita yang meliput Angkatan Darat AS di Eropa selama Perang Dunia II: Mary Welsh, Dixie Tighe, Kathleen Harriman, Helen Kirkpatrick, dan Tania Long. Foto: Mary Welch, Dixie Tighe, Kathleen Harriman, Helen Kirkpatrick, Lee Miller, Tania Long (Pusat Sejarah Militer Angkatan Darat AS) U.S. Army Official Photograph, Public domain, via Wikimedia Commons
Perjalanan Lee Miller dari Model ke Fotografer Perang
Lee Miller adalah sosok menarik di abad ke-20, bukan hanya karena kecantikannya, tapi juga karena keberaniannya di balik kamera. Awalnya dikenal sebagai model, Miller merasa tidak puas hanya menjadi objek foto. Ia lebih suka menangkap dunia melalui lensa kamera—dan ini membawanya menjadi koresponden perang wanita pertama yang diakui Angkatan Darat Amerika Serikat saat Perang Dunia ke-2.
Meninggalkan Dunia Model
Lahir di Poughkeepsie, New York, pada tahun 1907, kecantikan Miller menarik perhatian Condé Nast yang menampilkan wajahnya di sampul majalah Vogue di akhir 1920-an. Meski karier modelnya sukses, Miller merasa dunia modeling terlalu dangkal. Ia lebih tertarik belajar fotografi dan pindah ke Paris pada awal 1930-an. Di sana, ia bekerja dengan seniman surealis Man Ray dan mulai menemukan passion-nya di fotografi.Berpindah ke Fotografi
Walau dikenal karena kecantikannya, hati Lee Miller selalu berada di belakang kamera. Ia lebih suka menangkap momen kehidupan yang jujur daripada sekadar menjadi objek foto. Karier fotografi profesionalnya dimulai setelah bekerjasama dengan Man Ray, di mana mereka menemukan teknik solarisasi. Ini membuka jalan untuk karya-karya fotografi surealis dan dokumenter.
Fotografer Perang yang Berani
Perang Dunia II benar-benar mengubah hidup Miller. Sebagai koresponden Vogue, ia meliput pertempuran berbahaya di Eropa, dari Blitz di London hingga pembebasan Paris. Karyanya yang paling terkenal adalah dokumentasi di kamp konsentrasi Nazi, seperti Dachau dan Buchenwald.
Di Dachau, Miller menyaksikan kengerian yang tidak terbayangkan. Foto-fotonya menunjukkan realitas mengerikan Holocaust, dari tumpukan tubuh hingga ekspresi para penyintas. Keberaniannya mendokumentasikan adegan-adegan ini sangat luar biasa. Dalam momen ikonik, Miller bahkan berfoto di apartemen Adolf Hitler di Munich, sebagai simbol perlawanan terhadap rezim Nazi.
Kamp Konsentrasi Nazi dan Kamp Pemusnahan Nazi
Warisan Lee Miller
Meski sering diingat sebagai model, warisan Lee Miller yang sebenarnya ada di karyanya sebagai fotografer perang. Ia memecahkan banyak batasan untuk wanita di jurnalisme perang. Foto-fotonya yang penuh emosi dan realisme tajam memberi gambaran kuat tentang dampak perang pada tentara dan warga sipil.
Keberanian Lee Miller, dalam hidup maupun karya, adalah bukti semangatnya. Dari model yang ragu-ragu, ia berubah menjadi fotografer perang yang membuat sejarah, dan warisannya terus menginspirasi hingga hari ini.
Sumber bacaan: CleverlySmart, Britannica
Main photo powered by Midjourney
Adolf Hitler (1889-1945) dan Partai Nazi (1920-1945) | Pembantaian Holokaus