Kerajaan Pajajaran di Priangan (Jawa Barat) tahun 1333 (Kerajaan Hindu-Buddha)
Lokasinya berada di wilayah Bogor, Jawa Barat sekarang. Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya sehingga Kerajaan Sunda Galuh sering disebut sebagai Kerajaan Pajajaran.
Raja terkenal: Sri Baduga Maharaja
Raja terakhir: Prabu Sedah
Raja Kerajaan Pajajaran
Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan
Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan
Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan
Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf
Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari Pandeglang
Masa Awal Pakuan Pajajaran
Pada akhir 1400-an Majapahit mulai melemah. Pemberontakan terjadi dimana – mana, saling berebut kekuasaan antar saudara sedarah. Masa kejatuhan pemerintahan Brawijaya V ini kemudian menyebabkan kerabat Kerajaan Majapahit mengungsi ke ibukota Kerajaan Galuh di Kawali, Kuningan, Jawa Barat.
Raden Baribin merupakan kerabat dari Prabu Kertabumi yang ikut dalam pengungsian tersebut. Kerajaan Galuh menerima kedatangan Kerajaan Majapahit dengan damai dan bahkan Raja Dewa Niskala menikahkan Raden Baribin dengan Ratna Ayu Kirana putri dari raja Kerajaan Galuh tersebut. Tak sampai disitu, Raja Galuh juga menikahi salahsatu keluarga pengungsi Majapahit rombongan Raden Baribin.
Pernikahan ini mengundang adanya kemarahan dari Kerajaan Sunda. Kerajaan Sunda menganggap bahwa Raja Galuh, Dewa Niskala dianggap menyalahi aturan yang sudah disepakati antara kedua kerajaan tersebut. Aturan ini adalah aturan yang keluar paska Peristiwa Bubat yang menyebutkan bahwa kerajaan Sunda Galuh dilarang menikah dengan kerajaan Majapahit.
Akibat dari hal tersebut, antara kedua kerajaan hampir terjadi peperangan antara kedua raja yang sebenarnya adalah besan. Penyebutan besan karena Jayadewata, anak dari Dewa Niskala menikahi putri dari Raja Sunda, Raja Susuktunggal. Untungnya, dewan penasehat dapat meredam amarah keduanya dan kemudian diputuskan dua raja tersebut turun tahta. Mereka harus menyerahkan posisi raja kepada putera mahkota yang ditunjuk oleh masing – masing kerajaan.
Dewa Niskala kemudian menunjuk anaknya Jayadewata dan Prabu Susuktunggal juga menunjuk nama yang sama. Kemudian Jayadewata menyatukan kedua kerajaan dan menyandang nama Sri Baduga Maharaja memerintah di Pakuan Pajajaran pada 1482. Nama Pakuan Pajajaran kemudian terkenal sebagai nama kerajaan, terhitung ketika Jayadewata menyandang gelar Sri Baduga Maharaja tahun 1482.
Sumber Sejarah Kerajaan Pajajaran
Dari prasasti, naskah kuno, maupun catatan bangsa asing menceritakan antara lain wilayah kerajaan serta ibukota Pakuan Pajajaran. Cerita mengenai raja – raja Kerajaan Sunda yang menduduki ibukota Pakuan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah – naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan serta Carita Waruga Guru.
Selain naskah babad, Pajajaran juga meninggalkan jejak lain, diantaranya :
Prasasti Batu Tulis, Bogor
Prasasti Kawali, Ciamis
Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
Prasasti Rakyan Juru Pengambat
Prasasti Astanagede
Prasasti Horren
Tugu Perjanjian Portugis (padrao), Kampung Tugu, Jakarta
Kitab cerita Kidung Sudayana dan Cerita Parahyangan
Taman perburuan, yang kini menjadi Kebun Raya Bogor
Berita dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522)
Kehancuran Kerajaan Pajajaran
Pakuan Pajajaran hancur, rata dengan tanah, pada tahun 1579 akibat serangan Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Kerajaan Sunda ditandai dengan dirampasnya Palangka Sriman Sriwacana (batu penobatan tempat seorang calon raja dari trah kerajaan Sunda duduk untuk dinobatkan menjadi raja pada tradisi monarki di Tatar Pasundan), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Selain itu Maualan Yusuf juga membawa batu sebesar 200x160x20 cm dari Pakuan ke Banten. Hal ini dilakukan karena tradisi Pakuan Pajajaran menobatkan raja dengan batu tersebut. Dengan diboyongnya batu tersebut, maka menandakan Maulana Yusuf sebagai penerus kerajaan Sunda dan Kerajaan Pajajaran tidak lagi dapat menobatkan raja baru.
Palangka Sriman dapat kita temukan di depan bekas Keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten sendiri menyebutnya sebagai Watu Gilang yang memiliki arti mengkilap dan berseri yang memiliki arti sama dengan Sriman.
Bacaan Lainnya
- Sejarah Nusantara: Kronologi Dari Zaman Prasejarah Sampai Sekarang
- Batuk biasa dan Batuk Rejan Penularan, Penyebab, Gejala, Perawatan dan Pencegahan
- Penyakit Kusta Penularan, Penyebab, Gejala, Perawatan dan Pencegahan
- Penyakit Alzheimer / Pelupa Apa yang Terjadi di Otak?
- Seperti Apa Psikopat Itu Sebenarnya?
- Cara Membeli Tiket Pesawat Murah Secara Online Untuk Liburan Atau Bisnis
- Tulisan Menunjukkan Kepribadian Anda & Bagaimana Cara Anda Menulis?
- Kepalan Tangan Menandakan Karakter Anda & Kepalan nomer berapa yang Anda miliki?
- 10 Kebiasaan Baik Yang Dapat Mengasah Otak Menjadi Lebih Efektif
- Top 10 Cara Menjadi Kaya Dan Sudah Terbukti Nyata
- Tes Ketelitian: Semua Penguin Identik Kecuali 1 – Beserta Fakta Tentang Penguin: Spesies & Habitat
- Jarak Matahari Ke Bumi Yang Paling Tepat Adalah 149.597.870.700 Meter
- Arti Mimpi ~ Tafsir, Definisi, Penjelasan Mimpi Secara Psikologi
- Tempat Wisata Yang Harus Dikunjungi Di Jakarta – Top 10 Obyek Wisata Yang Harus Anda Kunjungi
Unduh / Download Aplikasi HP Pinter Pandai
Respons “Ooo begitu ya…” akan sering terdengar jika Anda memasang applikasi kita!
Siapa bilang mau pintar harus bayar? Aplikasi Ilmu pengetahuan dan informasi yang membuat Anda menjadi lebih smart!
Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya