Home » Matematika » Akuntansi » Aset Tetap (Fixed Asset) – Rasio Perputaran Aset atau Aktiva Tetap – Rumus, Soal, Jawaban
Aset Tetap (Fixed Asset) – Rasio Perputaran Aset atau Aktiva Tetap – Rumus, Soal, Jawaban
12 min read
Penjelasan Aset Tetap (Fixed Asset)
Apa yang termasuk aset tetap?
Jenis aktiva tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.
Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain.
Karakteristik aset tetap sebagai berikut:
Dimiliki perusahaan untuk digunakan (bukan barang dagangan).
Dimiliki untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang utama (bukan investasi jangka panjang).
Dimiliki untuk digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus operasi perusahaan (bukan perlengkapan).
Memiliki nilai yang relatif tinggi.
Dikarenakan memiliki nilai yang tinggi, penggunaan yang relatif lama dan menjadi alat utama perusahaan menghasilkan revenue, maka investasi dalam aset tetap (Capital Budgeting) harus diperhitungkan dengan matang.
Umumnya aset tetap berwujud dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan.
2. Perbaikan Tanah, seperti jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun perusahaan, tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.
3. Gedung, seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan gudang.
4. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan meubel.
Penyusutan atas 4 kelompok aset tetap berujud tersebut adalah:
Tetap yang umurnya tidak terbatas ——— tidak dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya
Tetap yang terbatas umurnya ——— dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya
Yang dapat diganti dengan aset sejenis, penyusutannya disebut depresiasi. Penyusutan sumber alam disebut deplesi, sedangkan penyusutan aset tidak berwujud disebut amortisasi.
Cara-Cara Perolehan Aktiva atau Aset Tetap
Ada beberapa cara perolehannya, yaitu:
Pembelian Tunai
Pembelian Angsuran
Ditukar dengan Surat-surat Berharga
Ditukar dengan Aset Tetap yang Lain
Pertukaan aset tetap yang tidak sejenis
Pertukaran aset tetap yang sejenis
Diperoleh dari Hadiah/Donasi
Aset yang Dibuat Sendiri
Pengertian Aset Tetap
Kita akan membahas pengertian aktiva tetap, ciri-ciri aktiva tetap, metode-metode penyusutan aktiva, pemilikan aktiva tetap, Pertukaran aktiva tetap, pemberhentian aktiva tetap dan contoh soal beserta pembahasannya secara detail dan mudah dipahami,
Pengertian Aset Tetap dari PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode (PSAK 16).
Aset tetap atau aktiva tetap yang akan dibahas telah disesuaikan dengan PSAK berbasis IFRS (International Financial Reporting Standars).
PSAK 16 (revisi 2007) memberikan panduan mengenai difinisi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan terkait dengan aset tetap.
Dalam posisi keuangan aset tetap dikelompokkan sebagai Aset Tidak Lancar, umumnya mempunyai nilai yang besar dalam komponen aset secara keseluruhan, terutama pada perusahaan manufaktur yang padat modal.
Ciri-Ciri Aset Tetap
Aset tetap dibeli oleh perusahaan untuk menghasilkan atau mengirimkan barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak ketiga atau untuk penggunaan perusahaan itu sendiri.
Istilah “investasi” dalam aset tetap berarti bahwa aset ini tidak habis atau dijual pada tahun akuntansi. Sebagai aturan umum, aset tetap memiliki bentuk fisik dan ditunjukkan pada neraca sebagai aset tetap.
Aset tetap pada awalnya dicatat sebagai aset dan kemudian dikenakan jenis transaksi akuntansi umum seperti:
Depresiasi berkala (untuk properti, pabrik dan peralatan) atau depresiasi (untuk aset tidak berwujud)
Penurunan nilai (ketika nilai aset jatuh di bawah nilai buku bersih)
Penjualan (setelah penjualan aset)
Ketika perusahaan membeli atau menjual properti, pabrik, dan peralatan, itu harus dicatat dalam laporan arus kas. Membeli aset tetap adalah arus keluar dana bagi perusahaan, sementara menjual aset tetap adalah aliran dana masuk.
Jika nilai aset jatuh di bawah nilai buku bersihnya, aset tersebut mengalami penurunan nilai. Dengan cara ini, nilai aset tetap yang diakui dalam neraca dikoreksi ke bawah karena nilainya dianggap terlalu tinggi dibandingkan dengan nilai pasar.
Ketika suatu aset telah mencapai akhir masa manfaatnya, biasanya dijual dengan nilai sisa, yang merupakan nilai estimasi aset ketika aset ditarik dan dijual sebagian. Dalam beberapa kasus, aset mungkin kedaluwarsa dan tidak lagi layak untuk dijual.
Dalam hal ini, perusahaan umumnya menyumbangkan aset tanpa dibayar untuknya. Terlepas dari apakah itu dijual atau tidak, aset tetap harus dihapuskan dari laporan keuangan tahunan, karena perusahaan tidak lagi menggunakannya.
Catatan: Dengan secara otomatis memantau dan merencanakan pemeliharaan aset, sistem manajemen aset dapat membantu memperpanjang umur aset tetap Anda.
Contoh Aset Tetap atau aktiva tetap
Contoh aset tetap atau aktiva tetap adalah:
tanah
gedung
peralatan
kendaraan
mesin
Ciri Ciri Aset Tetap
Aset tetap pada awalnya dicatat sebesar biaya perolehannya, yaitu harga beli atau harga faktur ditambah dengan pengeluaran-pengeluaran lain yang berhubungan dengan pembelian aktiva tersebut hingga aktiva siap pakai dan dikurangi dengan potongan-potongan.
Menurut PSAK 16 Biya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi.
Jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain, misalnya PSAK 53 (revisi 2010): Pembayaran Berbasis Saham
Pemilikan Aset Tetap
Cara pemilikan aset tetap
Untuk memiliki aset tetap dapat ditempuh beberapa cara, diantaranya :
1. Membeli (PSAK 16):
~ Tunai
~ Kredit angsuran
2. Hasil pertukaran:
~ Antar aktiva tetap (PSAK 16)
~ Dengan surat berharga (PSAK 53)
3. Dari hadiah / donasi dari pemerintah (PSAK 61)
4. Membuat sendiri (PSAK 16)
Contoh soal
Perhatikan contoh di bawah ini :
Untuk memperoleh mesin baru,
Harga faktur Rp 49.000.000,00
Biaya pengiriman Rp 1.000.000,00
Biaya pemasangan Rp 1.500.000,00
Biaya lain-lain Rp 500.000,00
Potongan tunai (Rp 2.000.000,00) Jumlah Rp 50.000.000,00
Alternatif untuk memperleh mesin tersebut sebagai berikut :
1. Dibeli dan dibayar tunai
2. Dibeli dengan kredit angsuran,
~ Uang muka Rp 7.000.000,00
~ Biaya di luar faktur dibayar tunai
~ Jumlah angsuran 20 kali tiap-tiap bulan
~ Tingkat bunga 12% per tahun
3. Mesin diperoleh dengan mengeluarkan saham biasa, dengan ketentuan :
~ Biaya-biaya di luar harga faktur dibayar tunai, yaitu sebesar
Rp. 3.000.000,00
~ Untuk harga faktur, dikeluarkan saham 2.250 lb, nominal Rp 20.000
per lembar
4. Mesin diperoleh sebagai hadiah, hanya saja biaya-biaya di luar harga
faktur dibayar tunai, yaitu sebesar Rp 3.000.000,00
Pembahasan untuk contoh soal diatas sebagai berikut:
Jurnal yang diperlukan:
1. Bila dibeli secara tunai :
*
Mesin
Rp 50.000.000,00
–
K a s
–
Rp 50.000.000,00
2. Bila dibeli secara kredit angsuran :
*
Mesin
Rp 50.000.000,00
–
K a s
–
Rp 10.000.000,00
Utang angsuran
–
Rp 40.000.000,00
Jurnal angsuran pertama dan seterusnya sbb :
Angsuran 1 :
*
Utang angsuran
Rp 2.000.000,00
–
Beban bunga
Rp 400.000,00
–
K a s
–
Rp 2.400.000,00
Penyusutan Aset Tetap
Metode-metode penyusutan aset tetap adalah sebagai berikut:
Metode penyusutan garis lurus (straight line depreciation)
Perhitungan dalam metode ini paling sederhana dan umum, dimana beban penyusutan aktiva tetap per tahunnya sama hingga akhir umur ekonomis dari aktiva tetap tersebut. Selain itu metode garis lurus bisa digunakan untuk menyusutkan aktiva fungsional yang tidak berpengaruh besar kecilnya dari volume produk atau jasa yang dihasilkan, misalkan: peralatan kantor, bangunan.
Rumus perhitungan dengan nilai sisa:
Penyusutan = (harga perolehan – nilai sisa) dibagi umur ekonomis
Rumus perhitungan tanpa nilai sisa:
Penyusutan = harga perolehan / umur ekonomis
Metode penyusutan saldo menurun (double declining balance)
Penetapan dalam metode saldo menurun berdasarkan persentase tertentu dapat dihitung dari harga buku pada tahun saat itu. besaran persentase penyusutan 2 x persentase/tarif dari metode garis lurus.
Rumusnya:
Depresiasi = 2 x (100% / umur ekonomis) x harga perolehan nilai sisa
Metode penyusutan jumlah angka tahun
Metode dapat digunakan dengan memperhitungkan besarnya penyusutan aktiva tetap tiap tahun dan jumlah semakin menurun.
Rumusnya:
Depresiasi = sisa umur penggunaan / jumlah angka tahun x harga perolehan nilai sisa
Metode penyusutan satuan jam kerja (service hours)
Beban penyusutan aktiva tetap ditentukan berdasarkan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
Rumusnya :
Biaya penyusutan per tahun = jam kerja yang dapat dicapai x tarif penyusutan / jam
Tarif penyusutan / jam = harga perolehan nilai residu / total jumlah jam kerja penggunaan aset tetap
Ilustrasinya, sebuah peralatan mesin dengan harga perolehan sebesar Rp. 58.000.000, nilai sisa sebesar Rp. 4.000.000 ditaksir akan dapat digunakan selama 75.000 jam. Berapakah nilai penyusutan per jam adalah:
Jawab:
= Harga perolehan – nilai residu/taksiran jam jasa/kerja
= Rp. 58.000.000 – Rp. 4.000.000/75.000
= 720 nilai penyusutan per jam.
Misal, apabila untuk tahun pertama sebuah peralatan mesin tersebut dapat digunakan selama 8.000 jam, berapakah biaya penyusutan yang dibebankan perusahaan adalah
Jawab:
8.000 x Rp 720 = Rp. 5.760.000 biaya penyusutan perusahaan.
Metode jam jasa/kerja sangat baik digunakan untuk menghitung penyusutan kendaraan, dengan anggapan bahwa kendaraan tersebut lebih banyak rusak sebab digunakan, dibandingkan dengan tua karena waktu.
Metode satuan hasil produksi (productive output)
Metode ini beban penyusutan aktiva tetap ditentukan berdasarkan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
Rumusnya:
Beban penyusutan per tahun = jam satuan produk x tarif penyusutan per produk
Tarif penyusutan per satuan produk = harga perolehan nilai residu / total produk yang dihasilkan
Ilustrasinya, sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 58.000.000, nilai sisa sebesar Rp. 4.000.000 ditaksir selama usia penggunaan akan menghasilkan 46.000 unit produk.
Jawab:
= harga perolehan – nilai residu : taksiran hasil produksi
= Rp. 58.000.000 – Rp. 4.000.000 : 46.000
= 1.174, tarif penyusutan per satuan produk.
Dimisalkan, apabila dalam satu tahun penggunaan mesin tersebut memperoleh produk sebanyak 15.000 unit, berapakah beban penyusutan untuk tahun ini adalah:
= 15.000 x Rp. 1.174 = Rp. 17.610.000 beban penyusutan.
Penggunaan metode ini baik digunakan untuk mengukur hasil produksi, seperti peralatan mesin, beban penyusutan dapat dihitung dengan metode tersebut dan jumlah setiap periode tergantung pada jumlah produksi, dengan demikian biaya penyusutan yang dihitung dengan metode ini bersifat variabel.
Dalam kebijakan akuntansi dalam hal pengukuran aset tetap, perusahaan harus memilih:
biaya (cost model)
Model Revaluasi (revaluation model)
Model Biaya
Perhatikan contoh di bawah ini:
Diketahui per 1 Januari 2020:
Mesin Rp 90.000.000 (D)
Akumulasi penyusutan mesin Rp 27.000.000 (K)
Pada akhir tahun (31 Desember 2020):
Mesin susut Rp 90.000.000 / 10 th = Rp 9.000.000
Diperkirakan terdapat kerugian penurunan nilai mesin Rp 3.000.000
Jurnal yang diperlukan per 31 Desember 2020:
Beban Penyusutan Mesin Rp 9.000.000
Akumulasi penyusutan mesin Rp 9.000.000
Rugi penurunan nilai Rp 3.000.000
Akumulasi rugi penurunan nilai* Rp 3.000.000
* mengurangi aset tetap di posisi keuangan
Model Revaluasi
Diperlukan nilai wajar untuk revaluasi dan tidak harus dilakukan setiap tahun tergantung pergerakan nilai wajarnya.
Hasil revaluasi bisa menguntungkan (surplus) bisa juga sebaliknya terjadi kerugian penurunan nilai
Perhatikan contoh di bawah ini:
Diketahui per 1 Januari 2020:
Mesin Rp 90.000.000 (D)
Akumulasi penyusutan mesin Rp 27.000.000 (K)
Pada akhir tahun (31 Desember 2020):
Mesin susut Rp 90.000.000 / 10 th = Rp 9.000.000
Nilai wajar pada akhir tahun ini untuk mesin Rp 66.000.000
Jurnal yang diperlukan per 31 Desember 2020:
Beban Penyusutan Mesin Rp 9.000.000
Akumulasi penyusutan mesin Rp 9.000.000
(mencatat penyusutan mesin tahun 2020)
Metode Proposional:
Mesin Rp 20.000.000
Akumulasi penyusutan mesin Rp 8.000.000
Surplus Revaluasi Rp 12.000.000
Keterangan:
Surplus rev adalah selisih nilai wajar dengan nilai buku: Rp 66.000.000 – 54.000.000 = Rp 12.000.000
Mesin dicatat sebesar kenaikan dari biaya perolehan semula dengan nilai gross up
Nilai gross up: 10/6 x Rp 66.000.000 = Rp 110.000.000
Penambahan beban pokok mesin: Rp 110.000.000 – Rp 90.000.000 = Rp 20.000.000
Beban Penyusutan Mesin Rp 9.000.000
Akumulasi penyusutan mesin Rp 9.000.000
(mencatat penyusutan mesin tahun 2020)
Metode Eliminasi:
Akumulasi penyusutan mesin Rp 36.000.000
Mesin Rp 36.000.000
Mesin Rp 12.000.000
Surplus Revaluasi Rp 12.000.000
Keterangan:
Pada metode eliminasi jurnal revaluasi ada 2, pertama untuk menghapus aset tetap sebesar saldo akumulasi penyusutannya dan jurnal kedua untuk mencatat surplus revaluasi.
Pertukaran Aktiva Tetap
Pertukaran yang dimaksud adalah pertukaran antara aktiva tetap lama dengan aktiva tetap lainnya, baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
a. Pada pertukaran aktiva tetap tidak sejenis
Contoh 1.
Dalam pertukaran, penilaiaan aktiva lama dianggap sama dengan harga pasarnya. Pda awal tahun Ke-8 kendaraan ditukar dengan kendaraan baru, data yang diperlukan sebagai berikut:
Harga pokok kendaraan Rp 100.000.000 dan telah mengalami penyusutan selama 7 tahun Rp 70.000.000 (=7 x Rp 10.000.000), ditukar dengan kendaransinperusahaan harus menambah uang tunai sebesar Rp 124.000.000 (artinya kendaran perusahaan diakui Rp 26.000.000 yaitu harga mesin baru Rp 150.000.000 dikurangi dengan uang tunai yang ditambahkan Rp 24.000.000
Perhitungan pertukaran aktiva tetap:
Harga pokok kendaraan: Rp 100 000 000
Akumulasi penyusutan mesin (7 tahun x Rp 10 000 000): Rp 70 000 000
Nilai buku: Rp 30 000 000
Harga mesin: Rp 150 000 000
Kas: Rp 24 000 000
Nilai tukar: Rp 26 000 000
Rugi pertukaran: Rp 4 000 000
Jurnal Contoh 1:Jurnal pertukaran aktiva tetap:
Mesin
Rp 150.000.000
Akumulasi penyusutan kendaraan
Rp 70.000.000
Rugi pertukaran
Rp 4.000.000
Kendaraan
Rp 100.000.000
Kas
Rp 124.000.000
Contoh 2:
Dalam pertukaran, penilaiaan aktiva lama tidak sama dengan harga pasarnya.Misal dari contoh di atas, nilai kendaran perusahaan yang diakui Rp 26.000.000 tersebut harga pasarnya Rp 28.000.000
Dengan demikian ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
1. Laba-rugi pertukaran dihitung dari dengan cara membandingkan nilai buku aktiva lama dengan harga pasarnya, Bila harga pasar lebih besar disebut laba, sebaliknya dikatakan Rugi bila harga pasar lebih kecil dibandingkan dengan nilai bukunya.
2. Harga pokok aktiva baru dapat dihitung dengan cara membandingkan kas yang dibayarkan dengan harga pasar aktiva lama.
Jurnal yang diperlukan:
Mesin
Rp 152.000.000
Akumulasi penyusutan kendaraan
Rp 70.000.000
Rugi pertukaran
Rp 2.000.000
Kendaraan
Rp 100.000.000
Kas
Rp 124.000.000
Penghentian Pengakuan
Penghentian pengakuan terjadi pada saat dilepas atau tidak ada lagi manfaat ekonomis, bisa karena dijual, tidak digunakan lagi (dibuang).
Contoh :
Sebuah kendaraan dengan harga perolehan Rp 150.000.000,00 dan setelah dipakai selama 4½ tahun (s/d 31 Desember 2020), pada pertengahan tahun 2002 (1 Juli 2021) ini kendaraan tersebut dijual seharga
Rp 45.000.000. Telah diperhitungkan besar penyusutan Rp 20.000.000,00 per tahun.
Jurnalnya :
*
Beban penyusutan kendaraan
Rp 10.000.000,00
–
Akumulasi penyusutan kendaraan
–
Rp 10.000.000,00
(mencatat penyusutan ½ tahun)
*
K a s
Rp 45.000.000,00
–
Akumulasi penyusutan kendaraan
Rp 100.000.000,00
–
Rugi penjualan aset tetap
Rp 5.000.000,00
–
Kendaraan
–
Rp 150.000.000,00
(mencatat penghapusan kendaraan)
Perhitungan :
Penyusutan ½ tahun : ½ x Rp 20.000.000,00 = Rp 10.000.000,00
Biaya perolehan ……………………………….. Rp 150.000.000,00
Akumulasi penyusutan : 5 x Rp 20.000.000,00 = Rp 100.000.000,00
Nilai buku ………………………………….. Rp 50.000.000,00
Harga jual ……………………………………… Rp 45.000.000,00
Rugi penjualan aset tetap Rp 5.000.000,00
Bila kendaraan lama tersebut dibuang sebagai rongsokan
Jurnalnya :
*
Beban penyusutan kendaraan
Rp 10.000.000,00
–
Akumulasi penyusutan kendaraan
–
Rp 10.000.000,00
(mencatat penyusutan ½ tahun)
*
Akumulasi penyusutan kendaraan
Rp 100.000.000,00
–
Rugi penghentian aset tetap
Rp 50.000.000,00
–
Kendaraan
–
Rp 150.000.000,00
(mencatat penghentian aktiva tetap)
Kesimpulan: Setelah membaca dan mempelajari tentang pengertian aset tetap/aktiva tetap dan contoh soal beserta jawabannya, maka kalian akan memahami cara menghitung penyusutan aktiva tetap dan nilai dari aktiva tetap itu sendiri, serta dapat menetapkan harga pasarnya.
Rasio Perputaran Aset Tetap (fixed-asset–turnover ratio)
Rasio perputaran aset tetap (fixed-asset–turnover ratio) adalah rasio keuangan yang mengukur produktivitas dan efisiensi aset tetap dalam menghasilkan pendapatan. Kita menghitungnya dengan membagi pendapatan dengan rata-rata aset tetap. Contoh aset tetap adalah mesin produksi, peralatan, kendaraan bermotor, bangunan dan lain sebagainya.
Rumus Rasio perputaran aset tetap (fixed-asset–turnover ratio)
Perputaran Total Aset = Perjualan Bersih Tahunan / rata-rata total aset 12 bulan
Atau
Asset Turnover Ratio = Total Penjualan / ({Aset awal + Aset Akhir)/2}
Nisbah (rasio) Aktiva Tetap Terhadap Modal Bersih
Nisbah ini digunakan untuk menentukan tingkat investasi dalam aktiva tetap dengan modal yang dimiliki oleh pemilik usaha atau bisnis; dalam ketentuan bidang perbankan nisbah aktiva tetap terhadap modal bersih tidak boleh melebihi 50% (ratio of fixed assets to net worth).Otoritas Jasa Keuangan
Apa Itu Nisbah Aktiva Tetap Terhadap Modal Bersih?
Nisbah aktiva tetap terhadap modal bersih adalah perhitungan yang menjadi indikator solvabilitas perusahaan. Perhitungan ini menunjukkan proporsi aktiva tetap perusahaan yang sedang dibekukan atau tidak bisa digunakan karena harus memenuhi kewajiban utangnya. Dengan menggunakan nisbah ini, dapat diketahui seberapa banyak aset perusahaan yang tidak dapat digunakan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung nisbah aktiva tetap terhadap modal bersih adalah:
Nisbah Aktiva Tetap Terhadap Modal Bersih = Aktiva Tetap / Modal Bersih
Jika nilai yang didapatkan dari perhitungan tersebut lebih tinggi dari 0.75 menandakan bahwa perusahaan berinvestasi berlebihan dalam aset non-likuid. Hal ini berarti bahwa uang tunai yang tersisa terlalu sedikit untuk menjalankan operasional perusahaan. Hasil nilai yang tinggi juga berarti perusahaan tidak dapat memanfaatkan aktiva tetapnya secara efisien. Idealnya, perusahaan dengan nisbah aktiva tetap terhadap modal bersih 0.50 atau lebih rendah dianggap baik.
Aset Tetap Bersih adalah aset tetap bruto setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Metrik ini menghitung nilai residu aset. Dengan kata lain, secara teoritis menghitung berapa banyak umur atau penggunaan aset-aset ini yang tersisa di dalamnya dengan membandingkan harga beli total dengan jumlah total penyusutan yang telah diambil sejak aset dibeli.
NET FIXED ASSETS. Net Fixed Assets dalam hal ini adalah TOTAL FIXED ASSETS (Total dari keseluruhan Property, Plant & Equipment) dikurangi dengan ACCUMULATED DEPRECIATION (akumulasi depresiasi). Mungkin bagi yg tidak akrab dengan dunia akuntansi akan kurang mengerti apa maksud dari Akumulasi Depresiasi. Utk menjelaskannya mungkin akan lebih mudah jika saya memakai contoh.
Contoh Kasus Perhitungan Rasio Perputaran Aset Tetap. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Manufakturing Makanan kaleng ingin mengajukan permohonan peminjaman uang dari Bank. Di tahun 2017, Perusahaan tersebut memiliki Penjualan Bersih sebesar Rp. 200 juta dengan jumlah aset tetap (aktival tetap) yang dimilikinya sebesar Rp. 150 juta. Berapakah Ratio Perputaran Aset Tetap perusahaan tersebut?
Jawaban:
Diketahui :
Penjualan Bersih = Rp. 200.000.000,-
Jumlah Aset Tetap = Rp. 150.000.000,-
Rasio Perputaran Aset Tetap = ?
Rasio Perputaran Aset Tetap = Penjualan Bersih / Aset Tetap
Rasio Perputaran Aset Tetap = 200.000.000 / 150.000.000
Rasio Perputaran Aset Tetap = 1.33
Jadi Rasio Perputaran Aset Tetap atau Fixed Assets Turnover Ratio adalah sebesar 1.33 kali.
Misalnya saja perusahaan saya, 3 tahun lalu (tahun 2005) membeli sebuah mobil Kijang seharga Rp 200 juta. Jika di tahun lalu (2007) saya membuat Neraca, bolehkan dalam laporan keuangan itu saya memasukkan nilai mobil Kijang saya sebesar Rp 200 juta sebagai Asset? Tentunya tidak bisa, karena kita tahu bahwa mobil Kijang itu nilainya sudah turun, karena telah kita pakai (dan telah kita gunakan sebagian nilai “manfaat”nya). Nilainya seharusnya sudah dibawah Rp 200 juta. Lalu berapa nilai yg kita masukkan?
Jawaban:
Dalam akuntansi, kita mengenal konsep depresiasi. Dalam konsep ini, adalah kita menganggap bahwa suatu asset akan “habis” terpakai setelah X tahun. Misalnya dalam kasus di atas, kita menganggap bahwa mobil Kijang kita itu akan “habis dipakai” dalam waktu 5 tahun (meskipun dalam kenyataannya mungkin bisa lebih lama daripada itu).
Jika kita menganggap bahwa mobil Kijang kita akan ‘habis’ dipakai dalam 5 tahun, maka berarti setiap tahun (selama 5 tahun) nilai Kijang itu akan berkurang sebesar Rp 40 juta (Rp 200jt : 5). Nilai Rp 40 juta ini adalah nilai depresiasi/tahun, dan akan diakumulasi/dikumpulkan di dalam laporan keuangan sebagai Accumulated Depreciation.
Dalam contoh ini, pada tahun 2007, mobil itu telah saya pakai selama 2 tahun (2005-2007), sehingga Accumulated Depreciation (akumulasi depresiasinya) adalah Rp 40×2 tahun = Rp 80 juta.
Misalkan saja Asset perusahaan saya hanya mobil kijang ini, maka Net Fixed Assets saya adalah Rp 120 Juta, yaitu didapat dari Rp 200 juta (Total Fixed Assets) dikurangi Rp 80 juta (Accumulated Depreciation)
Contoh Soal Penyusutan Garis Lurus. Perhatikan contoh cara menghitung penyusutan aktiva tetap berikut ini: PT ABC membeli mesin penggorengan tahu krispi senilai Rp 100.000.000. Taksiran nilai sisa aset atau nilai residu adalah sebesar Rp 10.000.000. Umur ekonomis 10 tahun. Berapa nilai penyusutan per bulan dan per tahunnya?
Jawaban:
#1: Nilai penyusutan per tahun:
Dari data-data di atas, maka cara menghitung penyusutan per tahunnya adalah :
=SLN(100000000;10000000;10)
= Rp. 9.000.000
#2: Nilai penyusutan per bulan:
Dan per bulannya adalah Rp. 9.000.000 : 12 = Rp. 750.000
Contoh Soal Penyusutan Saldo Menurun (DB: Declining Balance). Perhatikan contoh soal cara menghitung penyusutan aktiva tetap menggunakan metode saldo menurun berikut ini: PT ABC membeli komputer untuk server mini senilai Rp 25 juta. Komputer itu akan dipakai selama 5 tahun. Nilai komputer setelah 5 tahun diperkirakan Rp. 500.000. Berapa nilai penyusutan komputer tersebut tahun ke-4?
Jawaban:
Nilai penyusutan komputer di tahun ke-4 adalah sebagai berikut :
=DB (25000000;500000;5;4)
= Rp. 1.295.652
PT ABC membeli sebuah mesin produksi seharga Rp100.000.000 dengan biaya pajak pembelian sebesar 10%. Biaya yang dikerluarkan untuk mengangkut mesin tersebut ke pabrik adalah sebesar 1.500.000. tentukan harga perolehan aktiva tetap tersebut dan buatkan jurnalnya!
Jawaban:
Harga perolehan aktiva :
Harga Beli = Rp100.000.000,00
PPn 10% = Rp 10.000.000,00
Beban pengangkutan = Rp 1.500.000,00
Jumlah harga perolehan = Rp 111.500.000,00
Kas yang dibayar Rp 111.500,00
Jurnal:
Peralatan
Rp. 111.500.000,00
Kas
Rp. 111.500.000,00
Perusahaan ABC membeli sebuah kendaraan untuk operasional perusahaan seharga Rp200.000.000 sudah termasuk pajak. Biaya balik nama kendaraan adalah Rp. 5.000.000 dan biaya pengangkutannya sebesar 500.000. dari jumlah itu baru dibayar tunai Rp50.000.000 dan sisanya akan diangsur dalam waktu 20 bulan. Cicilan perbulan sebesar Rp10.000.000 dengan bunga flat sebesar Rp150.000 per bulan. Hitung harga perolehan aktiva tetap dan buatkan jurnalnya!
Jawaban:
Karena besarnya bunga sama setiap bulannya, maka:
Harga Perolehan awal :
Harga Kendaraan = Rp. 200.000.000
Biaya balik nama = Rp. 5.000.000
Biaya pengangkutan = Rp. 500.000
Total harga perolehan = Rp. 205.500.000
Saldo pinjaman = Harga perolehan – Uang muka
= Rp 205.500.000 – Rp 50.000.000
= Rp 155.500.000
Harga Perolehan = Cicilan + Bunga
= (Rp10.000.000 x 20) + (Rp150.000 x 20)
= Rp200.000.000 + Rp 3.000.000
= Rp203.000.000
Anggaran Tak Bersisa Setiap tindakan yang diambil oleh perusahaan berasal dari proses tertentu: perencanaan. Perencanaan yang dinyatakan dalam bentuk investasi dan tujuan keuangan adalah...
One Reply to “Aset Tetap (Fixed Asset) – Rasio Perputaran Aset atau…”
Artikel tentang aset tetap ini ok banget. Makasih atas penjelasan yang baik.
Artikel tentang aset tetap ini ok banget. Makasih atas penjelasan yang baik.