Pengertian Agama Yahudi
Agama Yahudi, Yahudiah (Yudaisme) adalah kepercayaan yang unik untuk orang/bangsa Yahudi (penduduk negara Israel maupun orang Yahudi yang bermukim di luar negeri). Inti kepercayaan penganut agama Yahudi adalah wujudnya Tuhan yang Maha Esa, pencipta dunia yang menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan di Mesir, menurunkan undang-undang Tuhan (Torah) kepada mereka, dan memilih mereka sebagai cahaya kepada manusia sedunia.
Kitab agama Yahudi menuliskan Tuhan telah membuat perjanjian dengan Abraham bahwa dia, dan cucu-cicitnya akan diberi rahmat apabila mereka selalu beriman kepada Tuhan. Perjanjian ini kemudian diulangi oleh Ishak dan Yakub. Dan karena Ishak, dan Yakub menurunkan bangsa Yahudi, maka mereka meyakini bahwa merekalah bangsa yang terpilih.
Penganut Yahudi dipilih untuk melaksanakan tugas-tugas, dan tanggung jawab khusus, seperti mewujudkan masyarakat yang adil, dan makmur, dan beriman kepada Tuhan. Sebagai balasannya, mereka akan menerima cinta serta perlindungan Tuhan. Tuhan kemudian menganugerahkan mereka Sepuluh Perintah Allah melalui pemimpin mereka, Musa.
Sinagoga merupakan pusat masyarakat serta keagamaan yang utama dalam agama Yahudi, dan Rabi adalah sebutan bagi mereka yang pakar dalam hal-hal keagamaan.
Etimologi
Kata Yahudi diambil menurut salah satu marga dari dua belas leluhur Suku Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda (adalah anak lelaki keempat Yakub dan Lea, dan pendiri suku Yehuda, salah satu suku Israel, menurut Kitab Kejadian dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama Alkitab Kristen).
Pada akhirnya keseluruh bangsa Israel, tanpa memandang warga negara atau tanah airnya, disebut juga sebagai orang-orang Yahudi, dan begitupula dengan keseluruh penganut ajarannya disebut dengan nama yang sama pula.
Istilah yahudi diambil dari keturunan Yakub, Yakub memiliki empat istri yaitu Lea, Rahel, Zilpa, dan Bilha. Dari Lea, Yakub memiliki anak Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, dan Zebulon.
Dari Rahel, Yakub mempunyai anak Yusuf, dan Benyamin. dari Zilpa, Yakub mempunyai anak Gad, dan Asyer sedangkan dari Bilha, Yakub mempunyai anak Naftali, dan Dan. nah, dari salah satu anak Yakub dari istri Lea itulah yang bernama Yehuda, istilah Yahudi dinisbahkan.
Hari Raya dalam Agama Yahudi
Hari Raya Yahudi (bahasa Inggris: Jewish holidays, atau Festival Yahudi; bahasa Inggris: Jewish festivals) adalah waktu-waktu tertentu yang dirayakan atau diperingati dengan cara khusus oleh orang Yahudi untuk memperingati suatu kejadian penting dalam sejarah, terutama menurut perintah kitab sucinya, Tanakh atau Kitab Turat, sepanjang tahun.[Note 1] Ada tiga sumber utama pelaksanaan hari-hari raya ini yaitu:
- Mitzvot, Mitzvah atau “perintah” Kitab Suci,
- Mandat rabbinik, dan
- Sejarah negara Israel modern
1. Hari Persiapan (Sabat)
Hari sebelum hari Sabat, yaitu hari Jumat hingga tenggelamnya matahari pada hari Sabtu, orang-orang Yahudi pada hari itu mempersiapkan diri untuk memasuki hari Sabat.
Sabat (שבת, Shabbat) adalah hari raya umat Yahudi yang dimaknai sebagai hari kebebasan dari pekerjaan, sebagaimana Tuhan beristirahat pada hari ke-7 dalam penciptaan. Sabat mengingatkan manusia akan kemampuannya untuk beristirahat. Orang Yahudi merayakan hari Sabat setiap hari Sabtu, dengan perhitungan hari yang dimulai dari tenggelamnya matahari pada hari Jumat hingga tenggelamnya matahari pada hari Sabtu.
Penganut agama Yahudi membersihkan rumah mereka sebagai persiapan untuk menyambut hari Sabat. Selain itu, mereka juga menyiapkan makanan-makanan yang lebih baik dibanding biasanya.
Selama masa ini, setiap orang dilarang untuk melakukan 39 jenis kegiatan. Karena menyalakan api dan memasak termasuk dari kegiatan-kegiatan tersebut, maka kaum Yahudi memasak masakan mereka satu hari sebelumnya.
Selain Sabat yang berlangsung setiap hari Sabtu tersebut, ada juga yang disebut dengan Tahun Sabat yang berlangsung selama tujuh tahun sekali.
Pada tahun ini, segala tanaman yang ada di ladang dapat dinikmati oleh setiap orang (tidak terbatas oleh pemiliknya saja). Segala hasil panen yang didapat pada tahu ini juga dilarang untuk diperjualbelikan. Selain itu, pada akhir tahun, segala hutang-hutang yang dimiliki oleh seseorang dianggap telah lunas.
2. Hari Raya Paskah
Festival Pesakh umat Yahudi, atau Paskah Yahudi adalah perayaan yang dirayakan pada hari ke-14 dalam bulan yang disebut Nisan (Imamat 23:4; Bilangan 9:3-5, Bilangan 28:16), bulan pertama kalender Ibrani selama delapan hari. Festival ini berakhir pada hari ke-21 Nisan di Israel, dan hari ke-22 Nisan di luar Israel dan dirayakan untuk memperingati keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Selama seminggu itu hanya roti yang tidak beragi (bahasa Inggris: unleavened bread) yang boleh dimakan, sehingga hari-hari itu juga disebut Hari Raya Roti Tidak Beragi
Terdapat 3 mitzvah yang biasanya dihubungkan dengan peringatan ini, yaitu:
- Memakan matzoh, atau roti tidak beragi.
- Larangan memakan makanan apapun yang mengandung ragi pada hari raya ini.
- Penyampaian kembali peristiwa Keluaran (Mitzrayim).
Di zaman dahulu (dan bahkan sampai sekarang di antara orang Samaria, ada peristiwa keempat yang dilakukan yaitu: persembahan kurban anak domba pada malam tanggal 14 Nisan (juga dikenal sebagai Aviv) dan memakan kurban Paskah pada malam itu. Perintah untuk mengisahkan kembali peristiwa pembebasan ini dilakukan melalui sebuah upacara komunal yang disebut seder, yang dirayakan pada dua malam pertama dari hari raya ini (di Israel, hanya pada malam pertama).
Kebiasaan lainnya yang terkait dengan Paskah Yahudi ini adalah memakan sejenis tanaman pahit dan makanan-makanan lain yang khas untuk makan malam seder. Sementara ada banyak alasan diberikan untuk memakan matzoh, Kitab Keluaran menjelaskan bahwa hal ini memperingati roti yang dimakan bangsa Israel pada peristiwa Keluaran: karena tergesa-gesa meninggalkan Mesir, mereka tidak mempunyai waktu untuk menunggu adonan rotinya naik.
3. Hari Raya Pentahbisan (Hanukkah)
Festival Pentahbisan, disebut juga dengan Festival Kenisah (Hanukkah) atau Penahbisan Bait Allah dirayakan di Yerusalem pada tanggal 25 Kislew (sekitar bulan Desember) selama 8 hari. Perayaan ini dimaksudkan untuk memperingati penyucian kembali Bait Allah pada tanggal 25 Kislew 165 SM oleh kelompok Makabe setelah sebelumnya dinajiskan oleh Antiokhos IV Epiphanes 3 tahun sebelumnya (tepatnya tanggal 25 Kislew 168 SM). Hanukkah dirayakan bersamaan dengan masa Adven atau bahkan dengan hari raya Natal sehingga sering disebut secara keliru sebagai “Natal Yahudi”. Pesta ini dirayakan sebagai peringatan Yudas Makabe yang menyucikan dan membangun kembali Kenisah yang sudah dirusak oleh orang-orang bukan-Yahudi, termasuk orang Yunani dari dinasti Antiokhus.
Dalam perayaan ini, umat Yahudi berarakan sambil membawa tongkat berhiaskan daun palem, mempersembahkan kurban, dan bernyanyi dengan iringan alat musik.
4. Hari Raya Roti Tak Beragi (Hag Hammassot)
Festival Roti tak Beragi (Hag Hammassot) adalah bagian perayaan musim semi Yahudi yang berlangsung antara tanggal 15 hingga 21 Nisan. Selama masa ini, orang Yahudi memakan roti tanpa ragi untuk mengingatkan mereka bagaimana mereka tidak memiliki waktu untuk mengembangkan roti mereka dalam persiapan mereka meninggalkan Mesir.
5. Festival Menuai
Festival Menuai atau Menyabit Gandum (kemungkinan dirayakan bertepatan dengan perayaan Roti Tak Beragi) dihubungkan dengan masa menuai tanaman. Hari raya ini dijadikan patokan penghitungan hari raya tujuh minggu panen.[4] Malam berikutnya, yang disebut dengan seder kedua, dirayakanlah Hari Pertama Omer (lag ba omer = seikat jelai) dengan membawa seikat jelai ke Bait Allah untuk dipersembahkan.
Inilah yang menjadi awal hari Pentakosta, sebab keesokan harnya adalah hari kelima puluh, yakni festival menuai gandum pada hari kelima puluh.
6. Shavuot atau Hari ke-Lima Puluh Setelah Peshakh
Shavuot merupakan pesta panen gandum pada hari kelima puluh sejak hari Sabat pertama setelah paskah. Perayaan ini juga disebut sebagai perayaan tujuh pekan karena panen gandum dilakukan pada minggu ketujuh setelah menanamnya pada musim semi. Perayaan ini dirayakan dengan perjamuan tertulis pada Kitab Talmud dan mengunjungi Yerusalem. Perjamuan yang diadakan tersebut disediakan bagi semua orang Kitab Taurat ke-Tiga.
Selain pesta panen, Pentakosta juga diperingati sebagai hari turunnya Sepuluh Perintah Tuhan (Hukum Taurat). Dengan demikian, perayaan ini juga dimaknai sebagai perayaan sejarah keselamatan.
Perayaan ini dapat berlangsung selama dua hari dan menjadi penutup masa raya Paskah.
7. Hari-Hari Raya Besar (High Holy Days)
Hari-Hari Raya Besar (atau juga disebut “Days of Awe”) adalah sebuah rangkaian festival yang berlangsung selama sepuluh hari yang dimulai pada tanggal 1 Tisyri. Rangkaian festival ini dimulai oleh Rosh Hashanah dan ditutup oleh Yom Kippur.
Pada rangkaian festival ini, semua orang diminta untuk mengenakan baju yang sederhana untuk menunjukkan kerendahan hati mereka kepada Allah. Bahkan, pada hari Yom Kippur, mereka tidak mengenakan kulit dan perhiasan sama sekali.
Pada masa ini, kaum Yahudi menghabiskan sebagian besar waktu mereka pada siang hari di Sinagogue atau Shul.
1. Festival Tahun Baru Rakyat (Rosh Hashanah)
Secara etimologis, Rosh Hashanah berarti “permulaan tahun”. Hari raya ini adalah pembuka festival hari-hari raya besar. Hari raya ini juga seringkali disebut sebagai Yom Teruah (Hari Meniup Shofar), Yom Hazikarom (Hari Mengingat), Yom Hadim (Hari Penghakiman), atau Ianim Nora’im (Hari Pertobatan Sepuluh Hari).
Hari raya ini adalah hari raya terpenting dalam hari raya Yahudi. Perayaan ini juga adalah perayaan tahun baru yang paling meriah dan penuh khidmat dibandingkan dengan perayaan tahun baru yang lainnya. Selain memperingati mengenai hari penciptaan alam raya, pada hari ini juga diperingati hari kiamat. Hari raya ini dilangsungkan selama 2 hari.
Pada perayaan ini, Terompet yang disebut shofar ditiup sepanjang hari di sinagogue sebagai tanda perayaan. Selain itu, ada makna-makna lain dari ditiupnya shofarpada hari itu :
- Tuhan dinobatkan sebagai raja pada hari itu;
- Pembuka masa sepuluh hari penyesalan dan pertobatan;
- Taurat diberikan di Gunung Sinai dengan iringan shofar Para Malaikat (Melekh);
- Para nabi membandingkan berita mereka dengan tiupan shofar;
- Para serdadu yang menghancurkan Bait Tuhan membunyikan shofar;
- Mengingat kurban domba sebagai pengganti kurban Ishak;
- Mengingat Amos 3:6;
- Hari Tuhan adalah hari peniupan shofar Zefanya 1:14-16;
- Shofar besar merupakan masa Nabi Elia ( Elia haNavi) Yesaya 27:13;
- Shofar akan dibunyikan pada hari Penghakiman.
2. Festival Pendamaian (Yom Kippur)
Hari raya ini diperingati setiap tanggal 10 Tisyri dan kepentingannya disejajarkan dengan Sabat, bahkan disebut juga Sabat dari segala Sabat. Hari ini juga dianggap sebagai hari yang paling kudus dalam setahun, sekaligus penutup festival tahun baru Yahudi. Seluruh perayaan dipusatkan di sinagoge dan para petugas mengenakan jubah putih (kitel) dan umat diwajibkan untuk menjaga keheningan.[7] Pada perayaan Yom Kippur, sebagai puncak dari festival hari-hari raya besar, umat Yahudi dituntut untuk melakukan puasa dan melakukan doa-doa secara terus-menerus hingga tengah malam. Perhiasan-perhiasan tidak boleh dipakai pada masa ini, setidaknya di dalam Sinagoge.
2 hal terpenting dalam perayaan ini adalah 2 ekor lembu (atau kambing) yang dikebiri
- Lembu pertama digunakan sebagai kurban penghapus dosa dan lembu lainnya digunakan sebagai kurban bakaran dan dipilih “tugasnya” dengan cara diundi terlebih dahulu. Lembu yang jatuh menjadi kurban bakaran disembelih, lalu darahnya dilumurkan ke atas penutup tabut perjanjian. Penyembelihan ini dilakukan oleh Imam Besar dan para Imam dari suku Lewi.
- Lembu kedua tidak disembelih, melainkan dicerca, dihina, dan dikutuki oleh seluruh umat Israel sebelum dilepaskan oleh seseorang yang sudah dipilih. Hal ini melambangkan diangkutnya seluruh dosa umat Israel ke padang pasir.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dilakukan selama hari raya ini :
- Berfokus pada pertobatan diri sendiri.
- Memperbanyak amal dan melakukan perbuatan baik.
- Membaca kisah-kisah yang menginspirasikan untuk bertobat.
- Sebaiknya tidak menggunakan banyak waktu untuk belajar mussar, walaupun dianjurkan untuk mempelajarinya setiap hari.
- Mempelajari mengenai doa-doa untuk memahami maknanya.
- Pengakuan dosa tidak dilakukan hanya untuk dosa-dosa besar, namun juga dosa-dosa kecil dan bahkan kelakuan-kelakuan yang tidak kita yakin apakah itu dosa ataukah tidak.
- Menuliskan komitmen mereka untuk satu tahun ke depan dan melihat apakah mereka sudah melakukan apa yang mereka komitmenkan selama setahun.
8. Festival Pondok Daun (Sukkot)
Hari Raya Pondok Daun (Ibrani: סוכות or סֻכּוֹת, sukkōt) atau perayaan tabernakel adalah sebuah hari raya Yahudi yang merupakan perayaan pengucapan syukur bagi Israel atas hasil panen yang dirayakan selama tujuh hari pada bulan purnama di antara bulan September dan Oktober. Perayaan ini dimulai 5 hari setelah perayaan Yom Kippur. Pada perayaan pengumpulan hasil panen anggur ini, orang mengenang zaman pengembaraan dalam padang belantara Imamat 23:33-44. Perayaan hari raya ini bersifat gembira.
Setiap laki-laki Yahudi membangun sebuah pondok (sukkah) berdinding tiga dan memiliki atap yang terbuat dari ranting palem dan dedaunan. Pondok-pondok tersebut disiapkan untuk menyambut tujuh tamu mistis, yaitu Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Harun, Yusuf, dan Daud yang dipercaya akan datang ke pondok yang dibuat itu selama festival tersebut berlangsung.
Tema utama dari perayaan ini adalah untuk menyambut musim dingin. Setiap pagi, para Imam membawa air dari mata air Siloam dan menyiramkannya sebagai pemujaan di atas altar.
Pada hari terakhir, setelah para imam mengitari altar sebanyak tujuh kali, mereka berdoa untuk datangnya hujan di musim dingin. Pada setiap malam, 4 obordinyalakan.
Dua hari pertama dianggap sebagai hari libur, dan banyak kegiatan dilarang. Pada hari kedelapan, perayaan ini ditutup dengan Hari Kedelapan Persekutuan Khidmat (Shemini azeret). Pada hari ini, orang tidak bekerja dan hanya berdoa bagi datangnya hujan.
9. Festival Sukacita Taurat (Simchat Torah)
Perayaan “Sukacita Taurat” (atau Simchat Torah) ini adalah perayaan akhir pembacaan Kitab Taurat selama satu tahun lingkaran liturgi. Bagi umat Yahudi yang berada di Israel, hari raya ini diadakan bersamaan dengan Hari Kedelapan Persekutuan Khidmat (shemini azeret), namun bagi orang Yahudi diaspora, perayaan ini dirayakan sehari setelah shemini azeret.
Pada perayaan ini, “Sang Mempelai Taurat” (hatan Torah) dan “Sang Mempelai Kitab Kejadian” (hatan Beresyit) – gelar bagi orang yang membacakan kalimat akhir (sekaligus kalimat pembuka) Kitab Taurat – dielu-elukan seperti seorang raja.
10. Festival Kenisah (Hanukah)
Festival Kenisah (Hanukah) atau juga sering disebut Penahbisan Bait Tuhan dirayakan di Yerusalem pada tanggal 25 Kislew selama 8 hari. Perayaan ini dirayakan bersamaan dengan masa Adven atau bahkan dengan hari raya Natal sehingga sering disebut secara keliru sebagai Natal Yahudi. Pesta ini dirayakan sebagai peringatan Yudas Makabe yang menyucikan dan membangun kembali Kenisah yang sudah dirusak oleh lawan mereka.
Dalam perayaan ini, umat berarakan sambil membawa tongkat berhiaskan daun palem, mempersembahkan kurban, dan bernyanyi dengan iringan alat musik. Perayaan ini dilaksanakan di rumah masing-masing keluarga.
Di rumah-rumah maupun di Sinagoge, ada Menorah (lilin dengan delapan lengan tambahan di kiri dan kanannya) yang dinyalakan satu per satu setiap hari selama perayaan ini (mirip dengan kebiasaan menyalakan lilin satu per satu setiap minggu dalam peringatan masa Adven). Rumah-rumah maupun Bait Allah dipenuhi dengan lilin dan dekorasi yang terang.
Pada hari kedelapan, cahaya dari seluruh lilin yang telah menyala semua ditambah dengan cahaya matahari dan lampu-lampu lainnya memenuhi ruangan Bait Allah dengan cahaya yang terang benderang sehingga hari raya ini juga sering disebut dengan ritus cahaya.
11. Festival Pesta Undi (Purim)
Festival Pesta Undi (Purim) diarayakan pada tanggal 13-15 Adar, atau menjelang tahun baru Yahudi. Pada tanggal 13, umat berpuasa namun merayakan pesta pada tanggal 14 dan 15. Dalam Ester 3:7, pesta ini dikisahkan berhubungan dengan pergumulan dan perjuangan bangsa Yahudi diaspora di negeri asing. Pada tanggal 14, gulungan Kitab Ester (Megillat Esther) dibacakan.
Pada pesta ini, semua orang minum sepuasnya hingga mabuk dan tidak mampu lagi membedakan antara kutuk atas Haman dan berkat atas Mordekhai. Ester 9:19 mengisahkan tata cara perayaan ini, di mana masyarakat Yahudi mengadakan perjamuan dan antar-mengantar makanan ke tetangga mereka.
12. Hari Duka Nasional (Tisha B’Av)
Hari Duka Nasional (“Tisha B’Av”, Tesha be-Ab) adalah hari pengenangan atas penderitaan bangsa Yahudi yang dilaksanakan pada tanggal 9 Ab. Di sinagoga, dibacakan Kitab Ratapan nabi Yeremia, dan semua orang berpuasa pada hari ini.
Dalam hari raya ini, umat Yahudi memperingati kehancuran Bait Allah yang pertama (586 sM) dan kedua (70 M), pembantaian pemberontak Yahudi oleh Roma (135), pengusiran orang Yahudi dari Spanyol (1492), dan peristiwa menyedihkan lainnya yang terjadi pada umat Yahudi.
Pada hari ini, umat Yahudi berpuasa menjelang matahari terbenam dan berlangsung selama 25 jam, sampai matahari terbenam pada hari berikutnya. Kondisi berduka dan berpuasa tersebut ditekankan pada saat ibadah petang (ma’ariv) dan doa amidah sebelum pembacaan Kitab Ratapan.
Tahun Baru Yahudi
Bangsa Israel mengenal 4 tahun baru, yaitu:
1 Nisan (bulan pertama) sebagai tahun baru agama sekaligus tahun baru kalender Yahudi.
1 Elul (bulan ke-6) sebagai tahun baru sepersepuluh lembu, atau disebut juga sebagai hari ulang tahun seluruh hewan-hewan.
1 Tisyri (bulan ke-7) (Rosh Hashanah) sebagai tahun baru masyarakat sipil dan para raja, sehingga bulan ini lebih disebut sebagai bulan pertama. Sebagai bulan ke-7, bulan ini menempati posisi sebagai Sabat bulan-bulan dan dikhususkan untuk mengingat Allah dan alam semesta.
15 Syebat (bulan ke-11) sebagai tahun baru tanaman (Rosh ha-Shanah la-Ilanot), (disebut juga hari raya Tu B’Shevat.
Dasar-Dasar Iman Yahudi
Walaupun orang-orang Yahudi dan pemimpin agama berbagi inti berhubungan dengan prinsip monoteisme, di dalam Yudaisme tidak ada pernyataan resmi atas prinsip-prinsip iman seperti kepercayaan yang diakui atau yang diterima.
Di dalam Yudaisme tidak terdapat kewenangan atas keagamaan yang dapat merumuskan atau mengeluarkan fatwa. Kewenangan pusat dalam Yudaisme tidak diberikan pada setiap orang atau kelompok dalam Yudaisme akan tetapi hanya berasal dari tulisan-tulisan, hukum, dan tradisi. Dalam hampir semua variasi, Yudaisme mengkukuhkan tentang keberadaan dan keesaan dari Tuhan. Yudaisme lebih menekankan pada ketaatan dalam kinerja perbuatan dibandingkan kepada kepatuhan pada sistem kepercayaan.
Ortodoks Judaisme juga menegaskan sejumlah prinsip-prinsip utama dalam program-program pengajaran, yang terpenting adalah kepercayaan bahwa tiada yang satu dan yang maha selain Allah, yang menciptakan alam semesta, Judaisme tradisional mempertahankan bahwa Tuhan membentuk perjanjian dengan orang Yahudi di Gunung Sinai, dan diturunkannya hukum dan perintah kepada mereka dalam bentuk Taurat. Taurat yang terdiri dari tulisan Taurat (Pentateuch) dan tradisi hukum lisan yang kebanyakan kemudian dikodifikasikan dalam tulisan-tulisan.
Secara tradisional, praktik Judaisme dikhususkan dalam ilmu Taurat, ketaatan pada hukum dan perintah. Dalam Yudaisme normatif, Taurat dan Yudaisme terdapat pengertiaan bahwa hukum itu sendiri tidak akan pernah dapat berubah, akan tetapi hanya dapat dilakukan interpretasi hukum yang lebih terbuka. Hal ini dianggap sebagai mitzvah (perintah) untuk belajar dan memahami hukum.
Monoteisme Pada Agama Yahudi
Kepercayaan Judaisme secara ketat didasarkan pada Unitarian monoteisme. Doktrin ini mengekspresikan kepercayaan kepada satu Tuhan. konsep Tuhan yang mengambil beberapa bentuk (misalnya Trinitas) dianggap bidaah dalam Judaisme. Dalam doa secara utuh dalam hal mendefinisikan Tuhan adalah Shema Yisrael, awalnya muncul di dalam Alkitab Ibrani: “Dengarkan O Israel, Tuhan adalah Allah kita, Tuhan adalah satu”, juga diterjemahkan sebagai “Dengarkan O Israel, Tuhan kami adalah Allah, Tuhan adalah yang tunggal ”
Allah adalah disusun sebagai zat yang kekal, pencipta alam semesta, dan sumber moralitas. Allah mempunyai kuasa untuk campur tangan di dunia. Istilah Allah sehingga terkait dengan kenyataan sebenarnya, dan bukan hanya proyeksi dari jiwa manusia. Allah dijelaskan dalam pengertian seperti: “Ada satu Zat, sempurna dalam segala cara, yang merupakan penyebab utama dari semua keberadaan. Semua tergantung pada keberadaan Allah dan semua berasal dari Allah. ”
Dalam Alkitab Bahasa Ibrani klasik yang berhubungan dengann sastra Talmud menegaskan theisme dan menolak deism. Namun, dalam tulisan-tulisan dari abad filosof Yahudi kemudian terlihat adanya pengaruh dari neo-filosofi Aristotel, diistilahkan kemahatahuan yang terbatas.
Kabala
Kabala (bahasa Ibrani: קַבָּלָה; vokalisasi standar: Qabbala; vokalisasi Tiberias: Qabbālāh; secara harafiah berarti “menerima” dalam pengertian suatu “tradisi yang diterima “) adalah sebuah bentuk esoterik dari mistisisme Yahudi, yang berupaya untuk menyingkapkan pengertian-pengertian mistis yang terselubung dalam Tanakh (Kitab Suci Ibrani). Kabala menawarkan pemahaman mistis ke dalam hakikat ilahi.
Istilah “Kabala” mulanya digunakan dalam teks-teks Talmud, di antara Geonim (para rabi abad pertengahan awal) dan oleh Rishonim (rabi-rabi abad pertengahan yang belakangan) sebagai Referensi kepada kumpulan tradisi lisan yang lengkap dari ajaran Yahudi, yang tersedia untuk umum. Bahkan karya-karya para nabi dirujuk sebagai Kabala, sebelum mereka dikanonkan sebagai bagian dari tradisi lisan. Dalam pengertian ini Kabala digunakan dalam merujuk semua hukum lisan Yudaisme. Setelah beberapa lama, hukum lisan ini dicatat, tetapi ajaran-ajaran esoteriknya tetap tinggal sebagai suatu tradisi lisan. Dengan demikian, ajaran-ajaran esoterik tetap merupakan tradisi lisan. Jadi, istilah ini kemudian terkait dengan doktrin-doktrin pengetahuan esoterik mengenai Allah, ciptaan alam semesta Allah dan hukum-hukum alam, alasan-alasan untuk perintah-perintah di dalam Torah dan cara-cara Allah mengatur keberadaan alam semesta. Kini bahkan ajaran-ajaran esoterik Torah dicatat, tetapi tetap dikenal sebagai Kabala.
Menurut tradisi Yahudi Kabala berasal sejak Adam, meskipun para rabi liberal yang modern memperhitungkan asal-usulnya pada abad ke-13. Pengetahuan ini diturunkan sebagai sebuah wahyu untuk memilih orang-orang suci dari masa lampau yang jauh, dan sebagian besar, dilestarikan hanya oleh segeliintir orang yang beruntung. Protokol yang tepat untuk mengajarkan hikmat ini, serta banyak dari konsepnya, dicatat di dalam Talmud (bab kedua dari traktat Haggiga). Ia dianggap sebagai bagian dari hukum lisan Yahudi oleh sebagian besar orang Yahudi yang saleh pada masa modern, meskipun hal ini tidak disetujui oleh banyak rabi liberal modern dan sebagian kecil dari rabi-rabi Ortodoks.
Kata קַבָּלָה pada umumnya ditransliterasikan sebagai “Kabala” tetapi juga dapat ditulis sebagai Cabbalah, Kaballah, Qabalah, dll.
Kurban Dalam Agama Yahudi
Kurban (Ibrani: “pengorbanan” קרבן, qorban; atau bentuk jamak: Korbanot קרבנות, qorbanot; Arab: قربان), dalam Yudaisme adalah istilah untuk pengorbanan yang dideskripsikan dan diperintahkan dalam Taurat. Korban yang biasa dikorbankan adalah binatang, seperti domba atau kerbau, dan sering dimasak dan dimakan oleh pemberi persembahan, dengan sebagian diberi ke Kohanim dan sebagian dibakar ke mezbah (altar). Buah-buahan, dupa, dan serealia juga dapat dikurbankan.
Dalam bahasa Ibrani kata benda korban (atau qorban) digunakan untuk menyebut berbagai persembahan yang diperintahkan dalam Alkitab Ibrani. Penggunaan paling umum secara tradisional adalah “persembahan korban binatang” (zevah זֶבַח), atau “persembahan pendamaian”, dan “persembahan korban bakaran” (olah).
Persembahan semacam itu dulu biasanya dilakukan oleh para Imam (Kohen) pada Bait Suci di Yerusalem. Praktik ini dilakukan sampai Bait Salomo dihancurkan, dan dilanjutkan kembali pada saat Bait Kedua berdiri, dan kemudian berakhir ketika bait itupun dihancurkan pada tahun 70 M. Secara tidak resmi dilakukan kembali pada saat Perang Yahudi-Romawi pada abad ke-2 M, dan selanjutnya di komunitas-komunitas tertentu.
Yudaisme Rabbinik tetap berpegang bahwa Taurat mengizinkan pelaksanaan hukum Yahudi tanpa pengorbanan binatang berdasarkan tradisi oral dan dukungan kuat dari Kitab Suci, misalnya Mazmur 51:16-19 dan Hosea 6:6. Namun, praktik dan hakikat pengorbanan terus mempunyai relevansi dalam 613 mitzvot, teologi Yudaisme dan halakha (hukum-hukum Yahudi), terutama dalam Yudaisme Ortodoks. Menurut persepsi Yahudi kedatangan Mesias tidak menghapuskan persyaratan untuk memelihara seluruh 613 perintah.
Halakha
Halakha (bahasa Ibrani: הֲלָכָה) (Sefardim: [halaˈχa]; juga dialihaksarakan Halocho (Ashkenazi: [haˈloχo], atau Halacha) adalah suatu istilah untuk kumpulan hukum agama orang Yahudi, termasuk hukum yang tertulis dalam Alkitab Ibrani (yaitu 613 mitzvot) dan hukum Talmud maupun hukum rabbinik yang ditetapkan kemudian, serta sejumlah adat dan tradisi.
Yudaisme tidak membedakan hukum-hukumnya dalam hal hidup beragama maupun di luar kehidupan agama. Tradisi keagamaan Yahudi tidak membedakan secara jelas antara identitas agama, nasional ras, atau etnis.[1] Halakha tidak hanya mengatur praktik-praktik dan keyakinan agama, tetapi juga berbagai aspek dari kehidupan sehari-hari. Halakha sering diterjemahkan sebagai “Hukum Yahudi”, meskipun terjemahan yang lebih harfiah adalah “jalur” atau “jalanan”. Kata ini berasal dari akar kata Semitik yang bermakna “pergi” atau “berjalan”.
Dalam sejarahnya di diaspora, Halakha dijadikan oleh banyak komunitas Yahudi sebagai hukum sipil dan agama. Sejak Zaman Pencerahan, emansipasi, dan haskalahdalam era modern, orang Yahudi terikat pada Halakha hanya atas kemuan sukarela. Di bawah hukum Israel sekarang, hukum status keluarga dan pribadi Israel tertentu berada di bawah otoritas pengadilan rabinik dan karenanya diperlakukan menurut Halakha. Beberapa perbedaan di dalam Halakha itu sendiri ditemukan di antara komunitas Yahudi Ashkenazi, Mizrahi, Sefardim, dan orang Yahudi Yaman, yang merupakan cerminan keragaman sejarah dan geografis berbagai komunitas Yahudi dalam Diaspora.
Tempat Beribadah Agama Yahudi
Sinagoga atau Kanisah (bahasa Inggris: Synagogue) adalah nama tempat beribadah orang Yahudi. Di dalam bahasa aslinya (bahasa Yunani: συναγωγή, synagogē atau sunagogē, berarti “perkumpulan”; bahasa Perancis/bahasa Inggris: synagogue) terdiri dari kata Yunani συν (syn, = bersama), dan αγωγή agogé, belajar atau pendidikan, sinagoga memiliki arti “belajar bersama” selain berkumpul bersama. Kata tersebut merupakan terjemahan dari kata Ibrani, eda, yang berarti jemaah, sehingga pengertian sinagoga yang sebenarnya bukanlah suatu tempat atau gedung tertentu melainkan persekutuan.
Sinagoga, bersama gerakan yudaisme rabinik, memiliki peran penting dalam membentuk pola keagamaan Yahudi hingga kini, khususnya setelah Bait Suci yang menjadi pusat peribadah umat Yahudi hancur pada tahun 70 M. Baca selanjutnya: Sinagoga Tempat Beribadah Agama Yahudi
Bacaan Lainnya
- Sinagoga Tempat Beribadah Agama Yahudi
- Tempat Wisata Tel Aviv dan Yerusalem
- Populasi Penduduk Dunia Berdasarkan Agama, Benua, Presentase Populasi dan Populasi Terbanyak
- Daftar Hari Penting Di Indonesia – Hari Libur – Hari Besar / Hari Raya Keagamaan
- Minuman Buah Jus Mangga, Resep, Manfaat Kesehatan, Vitamin dan Mineral
- Sel darah merah, terbentuk baik oleh kontribusi vitamin B, C, dan E
- Destinasi Wisata Bali Yang Harus Dikunjungi
- Jakarta – Top 10 Obyek Wisata Yang Harus Anda Kunjungi
- Tempat Wisata Yang Harus Dikunjungi Di Tokyo – Top 10 Obyek Wisata Yang Harus Anda Kunjungi
- 10 Obyek Wisata Paris Yang Harus Anda Kunjungi
Sumber bacaan: CleverlySmart, Wikipedia, BBC (Inggris)
Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”
Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya | Business & Marketing